Bali, 19 Maret 2025 – Cuaca di Bali belakangan ini terasa lebih panas dari biasanya, bahkan beberapa daerah mencatat suhu mencapai 36 derajat Celsius! Fenomena ini membuat warga merasa gerah sepanjang hari, bahkan kipas angin dan AC pun terasa kurang membantu. Lantas, apa penyebabnya?
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi ini terjadi akibat minimnya tutupan awan yang menyebabkan sinar matahari langsung menyinari permukaan tanpa hambatan. Selain itu, angin yang berhembus dari daratan ke lautan mengurangi kelembapan udara, sehingga hawa panas semakin terasa menyengat.
“Ini adalah efek dari peralihan musim dari hujan ke kemarau. Pada masa transisi seperti ini, suhu cenderung naik karena atmosfer yang lebih stabil dan berkurangnya curah hujan,” jelas seorang pakar meteorologi BMKG.
Namun, bukan hanya faktor alam yang berperan! BMKG juga menyoroti dampak perubahan iklim global yang semakin memperburuk suhu ekstrem di berbagai wilayah, termasuk Bali. Pemanasan global menyebabkan tren suhu rata-rata terus meningkat, membuat cuaca terasa semakin tidak menentu.
Dampaknya? Banyak warga yang mengeluhkan panas terik ini, terutama mereka yang beraktivitas di luar ruangan. “Dulu siang hari masih terasa sejuk, sekarang panasnya luar biasa! Bahkan di dalam rumah pun tetap gerah meski pakai kipas angin,” ujar seorang warga Denpasar.
Untuk menghindari dampak buruk dari suhu ekstrem ini, BMKG mengimbau masyarakat agar:
- Mengurangi aktivitas di luar ruangan pada siang hari
- Banyak minum air putih agar tetap terhidrasi
- Menggunakan pakaian berbahan ringan dan berwarna terang untuk mengurangi penyerapan panas
- Waspada terhadap potensi kebakaran lahan akibat suhu tinggi dan kondisi kering
Para ahli lingkungan juga mengingatkan bahwa kejadian seperti ini bisa semakin sering terjadi jika tidak ada langkah konkret dalam menangani perubahan iklim. “Kita harus lebih peduli terhadap lingkungan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menjaga ekosistem agar kondisi seperti ini tidak semakin parah di masa depan,” tegas seorang aktivis lingkungan.
Jadi, siapkah kita menghadapi panas ekstrem ini? Atau mungkin sudah saatnya kita lebih serius dalam menjaga bumi agar tetap sejuk?